Malam minggu (pra)
/
0 Comments
UAS telah selesai. Ini merupakan waktu
dimana para penghuni asrama pulang kembali kepangkuan orangtuanya. Setelah
beberapa bulan menempuh masa perkuliahan yang sangat dramatis. Ini merupakan
hari yang ditunggu-tunggu oleh setiap mahasiswa khususnya para insan asrama
yang telah lebih dahulu menyelesaikan UAS-nya. Termasuk gua juga yang
memanfaatkan waktu ini untuk pulang kampong.
Gua pulang ke lampung rencananya hari senin
tanggal 14 januari. Namun hari sabtu pagi ini gua udah berangkat. Gua berangkat
ke tempat sodara dulu karna ada suatu urusan. Baru kemudian berangkat ke
lampung dari rumah mbah gua yang berada di tanggerang. Sebelum itu, gua
mendapat sms dari temen gua yang member info tentang konser box office nidji di
depok. Jadi gua bakal kesana dulu barudah berkunjung kerumah sodara gua.
Kita berangkat bareng dari bogor jam sembilan.
Dengan menggandeng tas berisi penuh pakaian khas orang-orang yang pulang kampong,
kita berangkat. Dikarenakan bawaan kita yang sangat mengganggu dalam aktivitas
menonton konser nantinya, jadi gue pergi ke rumah temen gue dulu buat naro
barang-barang bawaan. Menuju ke rumah temen gue ini sungguh luar biasa
sekali.Kita berjalan menelusuri jalan setapak demi setapak yang semakin lama
terasa juga jauhnya. Mendalami jalan yang berliku-liku. Hingga akhirnya
menemukan rumah tujuan dengan kondisi mengenaskan pada baju gue yang udah
basah. Untungnya gue make jaket, jadi basahnya ketutup. Tapi seperti kata
pepatah, sehebat-hebatnya tupai melompat pasti akan jatuh juga, ternyata bau
badan gue gak mampu ketutup. Sampe disana kita istirahat sebentar sambil
mengeringkan pakaian (lho?).
Kita berangkat ke tempat tujuan yaitu depok
town square (detos) jam stengah dua belas. Acaranya mulai pukul dua belas. Dari
rumah temen gua ke detos gak terlalu jauh. Jadi hanya perlu naek angkot
sebentar udah sampe. Nah disini, bukan di daerah sini gua menemukan kejanggalan
pada angkutannya. Angkutan disekitar rumah temen gue ini terlihat horror dimata
gua. Angkutannya bukan seperti angkot-angkot yang biasa beredar di jalan raya,
melainkan mobil pribadi dengan sebuah tanda yang menunjukkan bahwa kendaraan
itu merupakan angkutan umum. Jenis mobilnya macem-macem. Kata temen gua kalo
dapet mobil bagus ya bagus, kalo dapet jelek ya jelek, jadi intinya tingkat
kehokian yang tinggi bakal mendapatkan kondisi angkutanya yang layak guna. Kenapa
sebelumnya gua bilang horror? Ini karena lintasan yang dilaluinya itu disekitar
jalur perumahan dan juga kondisi kendaraannya dalam keadaan tertutup, tidak
seperti angkot-angkot yang notabene terbuka agar penumpang bisa langsung masuk
dengan sigap. Angkutan ini malah lebih terlihat seperti sindikat penculikan
anak muda. Gimana enggak, waktu gua lagi mencicipi angkutan itu, di dalam hanya
terdapat segelintir orang dan mobil dalam kondisi tertutup. Anjrit gua serasa
lagi diculik. Gua hanya berdoa aja semoga kita gak bakal di jual ke luar
negeri. Okeh gua mulai ngaco.
Kita sampe di detos jam dua belas lewat.
Acara belom di mulai. Oke budaya pengaretan muncul kembali. Gua dan temen gua
sementara pergi ke toko buku terlebih dahulu sembari menunggu acara dimulai.
Tujuan utama gua ke toko buku ini sebenarnya hanya menaruh barang bawaan gua
yang mengganggu perjalan ini. Yak gua gak jadi nitip barang-barang di rumah
temen gua. Gua taro barang-barang bawaan di tempat penitipan barang. Kemudian
masuk sebentar ke dalam. Gua lupa kalo masuk kedalam, jaket juga harus dititipkan.
Alhasil gua cuma make kaos yang sempet basah dan kini bau asem itu. Oke sedap
banget rasanya. Gua mulai keliling toko buku sembari menghindari terjadinya papas
an langsung dengan konsumen yang lainnya atau mereka bisa tewas seketika. Sebentar
disana, kita pergi keluar.
Acara sudah dimulai, namun band yang
pertama muncul bukan nidji. Band yang mengisi pertama kali adalah airplay. Gua
hanya sekedar memperhatikan dan menikmatinya. Gua gak ngerti lagu apa dah yang
dibawainnya, yang penting maennya gak buruk dah. Disana udah rame dan sumpek
abis. Bikin puyeng. Ditambah teriakan-teriakan gak jelas dari para penontonnya
dan segala jenis ke-norak-an lainnya. Gue yang secara proposional terlahir
kece dalam kondisi tubuh yang cukup tinggi ini menikmati acara dengan
santai karna masih terlihat jelas ke panggung. Gua hanya kasian sama temen satu
gua yang kurang tinggi *bahasa halus*. Untuk menonton acara ini perlu usaha
besar untuk mampu melihat panggung seutuhnya.
Kini giliran nidji memasuki panggung.
Penonton mulai bersorak ketika satu per satu personel hadir di panggung. Di
buka dengan lagu ‘tak akan pernah mati’ membuat semangat para penonton kembali
lagi. Kemudian nidji bernostalgia kembali dengan membawakan lagu ‘biarlah’
disambung dengan ‘hapus aku’. Dua lagu ini tak menyurutkan semangat para
penonton khususnya nidji holic (fans nidji kalo tidak salah) untuk terus
bergoyang sembari menyanyikan lagunya. Suasana tambah meriah setelah aksi
panggung nidji tersebut para pemeran tokoh dalam film 5 cm the movie hadir
memasuki panggung. Ada igor “saykoji”, raline shah, fedi nuril dan herjunot
ali. Dua pemeran lainnya yaitu pevita pearce dan denny sumargo tidak hadir
dalam acara ini entah kenapa. Mereka dini menceritakan serunya bermain film 5
cm ini. Setelah berbincang sedikit ditambah teriakan-teriakan super dari setiap
sudut panggung, nidji kembali tampil. Kali ini nidji membawakan lagu ‘rahasia
hati’. Ini merupakan lagu yang gua tunggu-tunggu. Gak tau kenapa, soalnya waktu
mendengar lagu ini pada scene bagian akhir film 5 cm, gue merinding dan
menandakan kalo itu keren abis. Di lanjut dengan lagu ‘diatas awan’. Lagu yang
mengisi beberapa scene dalam film ini. Keren abis dah. Yang gak gua senengin ya
sumpeknya ini. Kita berdesak-desakkan. Para penonton disini tak pandang bulu
dalam berdesak-desakkan, yang penting mereka dapat tempat untuk melihat
sekalipun harus mengahntam orang-orang disekitarnya.
Udah sekitar dua jam kita berdesak-desakkan
menonton acara ini. Sumpah gua udah gak kuat. Perut gua laper. Pinggang gua
udah meringis kesakitan. Gua salut sama orang-orang yang kuat sekali nonton
beginian bisa berdiri selama berjam-jam. Akhirnya kita pergi dari sana dan
mencari makan. Kita makan somay disana. Tuh somay sadis banget dah harganya.
Sepuluh ribu hanya dapet empat buah dan juga bumbu kacangnya dikit banget.
Sadis dah. Untung somaynya enak, jadi sesuai harga. Kualitas sesuai tapi gak
sesuai kuantitasnya.
Gue ngambil barang-barang yang tadi
dititipin di toko buku. Dari sana kita langsung pulang. Hujan seketika
menyambut perjalanan kami. Namun secara kita anak bogor, udah terbiasa dengan
hujan semacam ini. Tinggal ngorek-ngorek tas sedikit, pasti muncul payung. Kita
selalu sedia paying mau ada ujan atau enggak (y). Gue pulang ke rumah sodara.
Dia pulang kerumahnya. Kita berpisah disini *halah apaan sih ini*
Sampe dirumah sodara, gue baru sadar kalo
ini hari sabtu, berarti kalo udah masuk malam hari menjadi malam minggu.
Seperti malam-malam minggu biasanya gue ngejogrok dikamar doang, dan barusan
melakukan kegiatan sebelum masuk malam hari, maka dari itu gue member embel-embel
“pra” disini. Jadi terlihat wah gimana gitu (???). Yah pokoknya jadikanlah
malam-malammu itu termasuk malam minggu menjadi malam yang indah.