Postingan gua mampet lagi. Ya, gua kembali melewati sekitar satu bulan tanpa postingan. Sudah kesekian kalinya seperti itu. Padahal gua u...



Postingan gua mampet lagi. Ya, gua kembali melewati sekitar satu bulan tanpa postingan. Sudah kesekian kalinya seperti itu. Padahal gua udah ngejatah selama satu bulan bakalan ada minimal empat postingan. Jadi selama satu minggu setidaknya bakalan ada satu postingan yang gua tulis. Entah itu tentang masa perkuliahan gua, atau event-event yang sering gua datangi ataupun kejadian-kejadian yang tidak disangka dapat terjadi.

Nah, yang gua bingungkan adalah setelah gua kembali mosting lagi. Kenapa gua malah nulis dua puisi? Dibentuk dua bagian pula. Waduh. Kesambet apaan gua coba. Yah sebenernya dua postingan gua itu punya arti tersendiri. Gua sih sebenernya mau membuat suatu tulisan yang mengandung ketersiratan. Jadi pengungkapan suatu masalah dilakukan secara tidak langsung. Namun ternyata jadinya malah seperti dua postinga itu. Haha...

Nah dari seringnya gua yang jarang mosting atau menghasilkan suatu karya ini, bisa dikarenakan adanya keterkaitan dengan tingkat produktivitas gua sendiri. Gua yang menjadwal dalam satu bulan setidaknya ada empat postingan. Namun dalam praktek nyatanya gua masih belum dapat memenuhi targetan tersebut. Gua sendiri dalam persoalan menulis masih berpegang dengan mood yang dirasakan. Jadi dikala mood lagi bagus, ya gua bisa nulis dengan lancar. Dikala mood lagi buruk, keinginan buat nulis tuh jadi berkurang. Nah ini dia yang jadi penyakit dari turunnya produktivitas. Gua pernah baca disuatu buku yang menjelaskan bahwa apabila dalam penciptaan suatu karya masih berdasarkan mood saja, itu akan sangat mengganggu dalam tingkat produktivitas penciptaan karya tersebut. Dalam buku itu dijelaskan bahwa mood itu bukanlah suatu penghalang. Mood itu dapat dibangun, jadi ketika sesuatu membuat mood menjadi turun, kerjakanlah suatu aktivitas yang membuat mood itu naik lagi dengan sendirinya. Mungkin itu sedikit penjelasan dari buku yang sempat gua baca dahulu *gua lupa judulnya apa*.

Selain itu juga karena gua yang suka menunda segala sesuatu dan suka males. Sedikit-sedikit ditunda. Males sedikit, ditunda. Ditunda terus, malah jadi males. Nah ini dia, kebiasaan sering menunda-nunda itu bisa menjadi penghambat keproduktivitasan. Semakin sering menunda suatu pekerjaan, akan menurunkan tingkat penyelesaian suatu karya. Gua punya banyak ide untuk membuat sebuah tulisan, namun karna penundaan yang dilakukan, malah tulisan itu hanya masuk dalam draft saja.

Rasa malas juga merupakan salah satu penyakit turunnya tingkat produktivitas. Rasa malas seakan membelenggu setiap manusia dalam aktivitasnya. Setiap orang pasti terkadang merasa malas. Namun apabila rasa malas itu sudah terlalu berlebihanlah yang menghambat kinerjanya sehari-hari. Begitu pula dengan gua. Mudah sekali malas. Tapi gua sadar kalo terus terusan malas itu gak baik. Itulah mengapa kita harus mengurangi rasa malas ini.

Jarangnya menulis juga gua rasakan dampaknya. Salah satunya yaitu bahan tulisan yg rasanya semakin menyempit. Apabila gua sering menulis, rasanya saat gua sedang menulis, kata-kata itu tereksplor keluar sendiri. Itulah mengapa ada kata-kata banyak latihan akan menambah pengalaman, dan banyak pengalaman akan meningkatkan kemampuan. Jadi seiring kita berlatih dan menambah pengalaman akan berkesinambungan dengan peningkatan kemampuan yang kita miliki. Apabila perlatihan itu tersendat-sendat juga akan menurunkan kualitas dari kemampuan kita.

Sekarang gua sedang mengerjakan proyek-proyek gua yang sempat tertunda itu. Memulai lagi dari awal. Mulai memupuk pengalaman lagi demi meningkatkan kemampuan. Gua juga sedang mengikuti beberapa lomba pembuatan film pendek atau apapun itulah yang berhubungan dengan sinematografi. Walaupun dalam beberapa hal masih menggunakan barang pinjaman dan hanya memanfaatkan barang seadanya saja. Yah, seenggaknya gua bisa mendapatkan produktivitas yang lebih tinggi dari sebelumnya. Gua juga berharap apa pun yg gua lakukan sekarang gak cuma sekedar wacana saja tanpa wujud realisasinya. Mari semangat meningkatkan produktivitas!!!!!!

Berdua dalam sebuah kotak kebisuan Duduk diam termangu Kata-kata mendadak sirna Dalam hitam putih suasana Berdiri di atas rumput it...

Berdua dalam sebuah kotak kebisuan
Duduk diam termangu
Kata-kata mendadak sirna
Dalam hitam putih suasana
Berdiri di atas rumput itu
Menguatkan kaki dari pijakkan
Mencoba keluar dari sistem yang memberatkan diri
Satu warna kini telah pergi
Terbang jauh meninggalkan kotak itu
Bertemu warna-warna baru
Namun warna apa yang lebih tepat berpadu dengan keduanya???

Si biru terdiam menggenang Terhanyut dalam sebuah renungan Ombak liar menyapu Memberkaskan riak raungan Menatap ke angkasa ...




Si biru terdiam menggenang
Terhanyut dalam sebuah renungan

Ombak liar menyapu
Memberkaskan riak raungan

Menatap ke angkasa
Menanti hadirnya sang cahaya

Si kuning datang menyapa
Menghadirkan cahaya penuh warna

Cahaya menyinari setiap sudut wilayahnya
Memudarkan kelam di kedalamannya

Perputaran akan wilayah menjadi sebuah pembatas
Jarak antara mereka

Cahaya penuh warna kini sirna
Berpindah ke lain tempat

Cahaya penuh warna pun pudar
Dan kini kembali kelam

Tertegun menatap ke angkasa
Menanti 


Powered by Blogger.

Pages