Minggu ini adalah minggu terakhir perkuliahan gue. Berarti minggu depan adalah minggu tenang sebelum UAS. Tidak. Kenyataan berpihak lain pa...

Minggu ini adalah minggu terakhir perkuliahan gue. Berarti minggu depan adalah minggu tenang sebelum UAS. Tidak. Kenyataan berpihak lain pada ekspetasi mahasiswa yang menginginkan minggu tenang sebelum UAS. Minggu depan adalah minggu kuliah pengganti choy!!! Minggu depan berubah menjadi minggu tegang untuk kita.

Masuk di minggu akhir itu pertanda berkurangnya kuantitas mahasiswa yang datang dalam perkuliahan. Terlihat seperti pada perkuliahan gue hari ini. Kelas gue lumayan berkurang personil-personilnya. Ini juga dikarenakan adanya libur natal yang seakan menjempit dua hari perkuliahan diantaranya. Jadi sepertinya sebagian kecil mahasiswa tersebut memanfaatkan kondisi seperti ini atau memang mereka benar-benar mempunyai urusan yang serius.

Di dalam kelas gue selalu memilih posisi duduk bagian tengah pinggiran. Pemilihan tersebut atas dasar keamanan ketika gue tidak bisa menahan kantuk dan sebagiannya. Terkadang memang itu bisa jadi tempat perlindungan disaat perkuliahan dengan jumlah orang yang begitu banyak. Namun kali ini hal tersebut tak bisa gue lakukan. Ini dikarenakan jumlah orang-orang yang menutupi pandangan dosen untuk melihat langsung gerak-gerik gue berkurang. Mereka berangsur menghilang. Membuat rumpang barisan. Memberi celah dalam penglihatan dosen. Gue jadi gak bisa apa-apa.

Pagi ini entah kenapa cuaca bogor menjadi dingin. Bogor sepertinya sedang menunjukkan kondisinya dahulu kala. Mungkin juga karena AC di kelas gue mendadak diganti dengan yang baru. Hembusan udaranya sungguh sangat luar biasa. Gue yang memakai baju rangkap pun tetap merasakan dinginnya udara saat itu. Gue tetep mencoba memperhatikan penjelesan dosen diantara dinginnya udara dan rasa kantuk.

Kuliah gue kali ini berlangsung dengan dosen pengganti. Gue sudah mengenali dosen pengganti ini karna beliau juga mengajar gue di mata kuliah yang lain. Jadi gue sudah sedikit tau tentang cara mengajar dosen ini. Beliau cukup cepat dalam menjelaskan materi, namun tetap sesuai proporsi dan juga kejelasannya. Dosen ini baik, baik banget malah, tegas dan juga disiplin. Saat beliau menjelaskan materi, yang pasti terjadi adalah penunjukkan terhadap salah satu mahasiswa utnuk maju mengerjakan soal. Dan di pagi ini, hal itu terjadi pula.

Kelas mulai gaduh ketika berangsur pusing karna materi yang banyak. Kegaduhan itu berhenti dan berubah menjadi keheningan setelah sang dosen menunjukkan soal-soal. Itu adalah pertanda untuk pemilihan mahasiswa secara random untuk mengerjakan soal. Kelas hening. Mulai ada yang nunduk-nunduk biar gak ditunjuk. Ada yang bertindak seolah sedang mengerjakan soal padahal sedang menggambar. Ada yang terbangun dari kantuknya. Ada yang sok ide menatap sang dosen dengan fikiran tidak takut untuk disuruh maju agar sang dosen tidak menunjuknya. Gue? Gue hanya pasrah menerima panggilan kalo emang disuruh maju. Untuk masalah ngerti mah masih belum seberapa, tapi yasudahlah. Gue terlalu pasrah.

Sang dosen memberikan kesempatan bagi siapapun yang mengajukan dirinya untuk mengerjakan soal tanpa ditunjuk. Gue berharap ada manusia-manusia yang sok ide untuk maju menjadi volunteer dalam mengerjakan soal. Hingga ada satu anak yang maju mengerjakan soal. Oke, masih banyak soal lainnya. Karna sudah tidak ada yang mengajukan diri lagi, sang dosen dengan segera menunjuk beberapa mahasiswa. Ketegangan muncul. Jari telunjuk sang dosen sudah mengarah menunjuk satu mahasiswa. Seperti biasa, entah kekompakkan dari mana seluruh mahasiswa langsung menoleh kearah selain dirinya sendiri dan menoleh ke mahasiswa lain yang bisa dikambing hitamkan. Pria berbaju merah saat itu yang mendapat giliran. Beruntung dia mampu menyelesaikan persoalan tersebut.

Jari sang dosen masih terus menunjuk. Perlahan satu per satu mahasiswa tanpa barier (red: barisan mahasiswa didepannya yang bisa nutupin dirinya dari penglihatan sang dosen) maju kedepan. Ajaibnya, beberapa dari mereka menggunakan baju berwarna merah. Gue yang sedari tadi panik karna bakal kena tunjuk, malahan mulai nyantai. Baju yang gue kenankan saat itu berwarna coklat. Gue jadi merasa aman. Entah itu karna disengaja atau memang kebetulan semata. Gue hanya bersyukur, karna setelah diperhatikan dengan seksama, gue lagi gak ngerti materi yang dijadikan bahan soal tersebut. Gue beruntung.


Memang baju merah seperti menjadi pusat perhatian, sehingga dirinya menjadi bahan pilihan. Yang baju merah memang jangan sampai lepas. Apalagi kamu… (apasih)

Penghujung bulan adalah hal yang mengerikan bagian sebagian mahasiswa yang mendapat kiriman per bulan. Penghujung minggu juga merupakan hal...

Penghujung bulan adalah hal yang mengerikan bagian sebagian mahasiswa yang mendapat kiriman per bulan. Penghujung minggu juga merupakan hal yang mengerikan bagi sebagian mahasiswa lainnya yang mendapat kiriman per minggu. Selain itu, penghujung pekan juga merupakan hal yang paling mengerikan bagi para jomblo diseluruh bumi. Pftt, maaf disini gue gak bakal ngomongin tentang sedihnya jomblo diakhir pekan. Ini adalah gimana kondisi mencekaknya keuangan dipenghujung bulan.

Oke, gue adalah salah satu mahasiswa yang mendapatkan kiriman per minggu. Terkadang per minggu. Paling bahaya adalah per bulan. Kenapa kalo dapet kiriman per bulan gue sebut dengan paling bahaya? Itu karena kita bakal hura-hura selama masih megang duit dan itu jumlahnya banyak. Berbeda ketika kalian mendapat kiriman per minggu yang terlihat sedikit tapi bisa pas untuk menempuh hidup selama seminggu. Ketika lu mendapat duit per bulan, lu bakal ngerasa banyak duit. Kemudian lu bakal dengan sengaja bakal mengorbankan minggu-minggu selanjutnya untuk mendapatkan kepuasan di minggu dimana duit lu masih utuh.

Kesalahan itulah yang sering dilakukan oleh gue. Gue suka mengorbankan kesenangan di minggu selanjutnya demi mendapat kepuasan lebih di minggu saat duit itu diterima. Gue selalu merasa kalo jajan dikit-dikit dengan menyisihkan duit minggu depan itu gak masalah. Enggak. Lu salah choy. Mungkin lu bisa puas, tiba-tiba makan makanan mewah. Mungkin lu bisa puas, tiap malem ada beberapa cemilan yang menemani begadangnya lu. Tapi setelah minggu berikutnya menuju minggu akhir dari sisa uang yang ada, lu bakal menderita. Tiap hari lu bakal nyari makan yang super murah abis. Tiap hari lu bakal muter otak gimana cara menurunkan porsi makan tapi lu tetep terjaga dalam kesehatan. Tiap hari lu bakal nyari tempat makan yang murah tapi bikin kenyang sampe dua hari.

Kesalah tersebut emang bakal nyusahin diri sendiri. Contohnya ketika lu memasuki minggu dimana kondisi kritis sedang berlangsung dan tetiba ada temen yang ngajak main atau nonton, lu bakal menolak atau malah berhutang. Nah, ini dia masalah selanjutnya. Berhutang adalah hal yang lebih menyakitkan lagi. Lu udah gak punya duit, trus ngutang. Eh ketika lu punya duit, lu harus balikin utang itu. Syiiit, lu jadi tetep gak punya duit. Karna itu, sebisa mungkin gue menghindari berhutang ketika krisis keuangan. Lebih baik gue mengirit.

Ngomong-ngomong masalah irit, gue adalah salah satu orang yang memperhitungkan harga dalam setiap barang yang akan gue beli. Contohnya adalah ketika gue sedang membeli sebuah biskuit coklat, sebut saja meng-meng. Saat gue perhitungkan antara berat dan harganya itu terdapat sebuah perbedaan yang janggal. Coklat tersebut lebih murah kalo beli yang versi kecil daripada versi gede. Jadi gue selalu membeli yang versi kecil biar untung. Emang irit sama pelit itu beda tipis.

Saat berbelanja di sebuah minimarket, gue sangat suka sekali memperhatikan sekitar. Memperhatikan barang-barang baru. Memperhatikan harga-harga barang yang dijual. Memperhatikan mbak-mbak kasirnya kalo cakep (lha). Oke gue mulai salah fokus. Yak, kita emang harus benar-benar memperhatikan harga barang-barang yang akan kita beli. Karna sedikit saja salah melihat, bakalan kacau perhitngan kita. Seperti ketika gue sedang berbelanja di sebuah minimarket yang baru buka kembali. Gue menemukan sebuah wafer dalam toples dan itu harganya sekitar 9rb. Jarang banget kan. Nah, itu dia salahnya, ternyata harga yang tercantum itu merupakan item yang lain. Jadi gue harus membayar barang belanjaan dengan kocek yang lebih tinggi. Bodoh sekali bung…

Di lain harinya ada temen gue yang kena jebakan harga itu lagi. Rasakan kau nak!!!

Belajar dari hal tersebut, ketika berbelanja gue selalu memperhatikan dengan baik. Inilah kemampuan yang seharusnya dimiliki tiap mahasiswa. Pengamat harga. Hmm, mungkin karena seringnya gue mengamati harga, gue bisa jadi narasumber untuk mereka yang ingin memuat berita tentang perbandingan harga minimarket di dalam dan di luar kampus. Jelas berbeda. Gue udah mengamati harga dari beberapa minimarket disekitar kampus. Gue mendapat kesimpulan bahwa minimarket dalam kampuslah yang lumayan lebih murah dari yang lainnya. Namun bukan berarti minimarket luar kampus tidak murah. Mereka bisa menunjukkan harga barang yang murah dengan cara melakukan potongan harga.

Sebagai mahasiswa yang intelek (gak ada hubungannya sih), gue harus jago dalam mencari potongan harga yang terbaik diantara minimarket sekitaran kampus. Gue harus cemat dalam mengamati potongan harga dikala akhir pekan yang mencekam. Gue harus menemukan minimarket yang super sok ide ngasih potongan harga yang aneh.

Saat ini gue berhasil menemukan salah satu minimarket tersebut. Letaknya berada tidak jauh dari kontrakan gue. Gue menemukan sebuah makanan seharga 4rb-an satu biji, namun kalo dua biji jadi 5rb, kan kocak. Yaudah gue sikat aja tuh makanan. Trus minuman seharga 5rb-an satu botol, namun mendapat potongan harga hingga menjadi 3rb. Busyet, nih minimarket super sok ide banget. Gue jadi seneng. Makanan yang seharusnya seharga 15rb-an, hanya gue bayar sekitar 7rb-an. Sungguh menyenangkan mendapat potongan harga di akhir bulan.

Salam dari manusia sok ide untuk kalian yang memberikan solusi super sok ide.


Hari ini gue terbangun lebih cepat dari biasanya. Alarm sudah dipersiapkan untuk membangunkan gue. Namun ternyata gue bangun lebih awal dar...

Hari ini gue terbangun lebih cepat dari biasanya. Alarm sudah dipersiapkan untuk membangunkan gue. Namun ternyata gue bangun lebih awal dari alarm tersebut. Sungguh sangat tidak biasa sekali gue terbangun secepat ini. Ini karna gue super exicited abis mau nyoba bikin timelapse sunrise. Setelah kemaren gagal karna hujan deras yang menyelimuti bogor.

Gue berangkat dengan wajah yang masih kucel, rambut berantakan, dan untungnya mulut gue sedang tidak meniupkan hawa naga. Bersama dengan tas kecil berisikan sebuah kamera dan sebuah tripod yang semuanya adalah pinjeman dari temen, gue berangkat ke lantai tertinggi gedung FMIPA. Cuaca masih cukup gelap, gue mampir sebentar ke sebuah minimarket yang buka 24 jam itu untuk membeli beberapa makanan ringan. 

Sampai di lantai tertinggi gedung FMIPA, gue disuguhkan oleh langit yang tertutup sepenuhnya oleh awan. Sepertinya ini dikarenankan kondisi sehabis hujan dihari sebelumnya. Sunrise pun terlewat oleh gue. Ternyata posisi gunung salak  juga tidak pas dengan posisi sunrise dari gedung FMIPA ini. Akhirnya yang gue ambil adalah timelapse awan yang bergerak menggulung gunung salak. Cukup lumayan untuk percobaan awal. Tapi karna gue melakukan secara manual, hasilnya jadi kurang stabil.

Angkatan gue sedang mempersiapkan acara makrab. Gue kebagian jadi panitia PDD. Tugas gue yaitu membuat video makrab untuk angkatan kita. Karna penugasan ini gue jadi jajal-jajal buat timelapse dah. Sebelumnya gue udah buat timelapse di kelas. Karna terlihat menarik, gue mencoba timelapse diberbagai tempat. Masalahnya adalah dalam pembuatannya gue manual abis, karna gak punya timer untuk ngatur waktu foto. Jari gue tetiba jadi kedot gegara mencetin tombol rana berulang-ulang.

Dalam pembuatan video, gue suka bagian transisi. Jadi hari ini rencananya gue mau ngambil video-video transisi buat dipaka nanti. Salah satunya timelapse-timelapse yang gue buat itu. Salah duanya adalah gue mencari video dengan menggunakan actor kupu-kupu. Kenapa kupu-kupu? Itu dari video angkatan gue tahun lalu sebenernya. Gue tertarik dengan pengambilan video kupu-kupu dari jarak dekat dan melihat kupu-kupu itu terbang dengan perlahan. Jadi gue putuskan hari ini buat nyari kupu-kupu.

Selesai beberes barang setelah mengambil gambar untuk timelapse, gue berjalan keliling kampus untuk mencari kupu-kupu. Gue berjalan sembari memperhatikan sekitar, melihat pergerakan mahluk kecil yang terbang dengan indahnya. Gue memperhatikan sekitar, jalanan dalam kampus cukup ramai dihiasi oleh orang-orang yang sedang jogging atau berolahraga yang lainnya. Gue tetep fokus untuk mencari kupu-kupu. Kecuali kalo tiba-tiba ada cewek cakep lewat sedang jogging, ehhhh…

Di dekat sebuah hutan, gue menemukan seekor kupu-kupu. Dia terbang kesana-kemari. Warnanya putih dengan ukuran tubuh yang cukup kecil. Gue hampiri, dia menjauhi gue. Gue hampiri lagi, dia tetep menjauh. Yaelah udah kayak apa aja, sinih-sinih sama abang, entar masuk video. Dasar kupu-kupu! Dia tetap kesana kemari disekitaran luar hutan, seakan tidak mau keluar dari bagian hutan tersebut. Gue gak mau masuk ke dalam hutan tersebut karna di dalamnya banyak banget nyamuk. Gue yang berada dipinggirannya aja udah diserang abis-abisan. Gue langsung mengurungkan niat untuk melanjutkan pengambilan gambar untuk kupu-kupu tadi. Gue lanjut berjalan.

Sepanjang perjalanan, gue hanya menemukan kupu-kupu yang seperti tadi lagi. Kupu-kupu tersebut telalu cepat bergerak. Dia terbang kesana-kemari mulu. Gue tidak mencari yang seperti itu. Gue mencari kupu-kupu yang ukuran medium saja. Kupu-kupu yang kalem. Kupu-kupu yang hinggap disebuah tempat yang menarik. Kupu-kupu yang terbang perlahan dengan anggun. Kupu-kupu tersebut tidak sengaja gue temukan di lapangan rektorat. Kamera sudah gue siapkan. Posisi gue sudah mantap. Sesaat sebelum mengambil gambar akan kupu-kupu impian, temen gue dateng dan tiba-tiba nawarin danusan. Gue sedang tidak membawa uang saat itu, jadi gue tidak membelinya. Padahal gue laper. Loh, kenapa jadi ngomongin makanan. Nah, itu dia, karna hal itu gue jadi kehilangan sang kupu-kupu idaman. Dia sudah terbang entah kemana. Mencari tempat yang menarik lainnya. Gue ditinggal begitu saja setelah berpaling sesaat. Sakkkiittt…. Kamu jahhhaaatt kupu-kupu….

Setelah dari sana gue udah jarang nemu kupu-kupu lagi. Sepanjang perjalanan hanya ada ramai orang-orang yang mengisi taman-taman di dalam kampus. Entah melakukan aktivitas apa. Menikmati hari libur mereka. Melepaskan sejenak pikiran-pikiran berat selama hari kerja mereka. Menikmati suasana pagi indah ini. Sama seperti sang kupu-kupu barusan. Kita sama-sama menikmati suasana di pagi ini, bedanya hanya sang kupu-kupu melihat suasana tersebut dari atas sana dan kemudian terbang jauh entah kemana.

Kupu-kupu.

Salam imut untuk kamu sang kupu-kupu. 

Pagi ini gue dibangunkan oleh getaran henfon yang sungguh aduhai. Mata gue masih tersamarkan oleh kondisi terbangun. Gue memandangi henfon ...

Pagi ini gue dibangunkan oleh getaran henfon yang sungguh aduhai. Mata gue masih tersamarkan oleh kondisi terbangun. Gue memandangi henfon gue dan mendapati sebuah sms. Sebuah sms cooyyy. Seluruh praduga akan sms dari provider manapun sudah buyar tidak menjadi opsi utama. Sms tersebut gue buka. Tulisan kapital dengan tanda seru yang cukup banyak hadir di awal pesan. JARKOM!!!!

Oke, selama masa perkuliahan ini henfon gue lebih sering dihiasi oleh pesan-pesan terror semacam ini. Mulai dari pesan terror yang benar-benar penting, hingga pesan terror yang entah disengaja atau tidak bisa nyasar ke henfon gue. Mungkin pesan jarkom tersebut begitu mengasihani gue karna selalu sepi dari getaran. Saat bosan yang diperhatikan hanya penunjuk waktu saja. Pesan masuk tentang jarkoman ini yang seperti menjadi solusi kekosongan tersebut.

Sebelumnya henfon gue berisikan pesan-pesan gaje atau nyasar. Pesan keluarga minta pulsa, biasa. Pesan minta add pin bb, biasa. Pesan dapet hadiah, biasa. Pesan provider, biasa. Pesan dari kamuh itu yang gak biasa. Apasih. Nah, pesan jarkoman ini baru salah satu yang luar biasa. Bagaimana ketika lu dapet pesan jarkom yang panjangnya itu super banget, trus lu dapet berkali-kali. Kan bête juga. Kan jadi gue apus dah tuh pesan (jahat).

Pesan jarkoman terkadang bisa menjadi pengingat akan acara yang bakal dijalankan nantinya. Terkadang juga pesan tersebut berisikan tugas-tugas kuliah yang ada. Terkadang berisikan masalah penggantian jadwal kuliah. Terkadang bisa juga untuk memberitahukan siapa yang sedang berulang tahun. Atau yang lebih ekstrim lagi pesan jarkom tentang temen yang baru jadian dan itu ditujukan pada teman-teman yang jomblo. Sungguh sedih.

Pesan jarkoman yang sering muncul berkali-kali dengan maksud sama itu emang bikin gue bête. Kenapa? Salah satunya adalah karena sinyal yang sungguh menyakitkan di tempat gue kuliah. Rendahnya sinyal disini membuat pesan yang masuk jadi sepotong-sepotong. Ketika gue mencermati maksud pesan jarkoman, tiba-tiba muncul kalimat, “Sebagian teks hilang…”. Kan bête jadinya. Apalagi kalo pesan jarkoman masuk dari tiga pengirim bahkan lebih. Males kan jadinya.

Namanya jarkoman itu harusnya berkembang panjang ke setiap nomor-nomor yang memang berhak mendapatkan jarkoman tersebut. Namun kalo terhenti itu berarti pesan itu mati. Nah, ini yang biasanya terjadi kalo ada salah satu pesan jarkom masuk ke nomer gue. Seketika gue males, gak punya pulsa dan apapunlah alasannya sehingga pesan itu mati di tangan gue. Pikiran gue adalah, ada teman-teman yang baik dan mau menyumbangkan sedikit pulsanya untuk meneruskan pesan ini. Bahkan ada yang super sok ide untuk meneruskan pesan jarkom ini ke seluruh kontak yang ada di henfon dia. Hhh, dasar super sok ide.

Salah satu pesan jarkoman itu membutuhkan sebuah konfirmasi. Inilah yang biasa dilewatkan oleh mereka-mereka yang mendapatkan sebuah pesan jarkom. Mereka hanya sekedar membaca dan yaudah gitu aja. Gue juga sering melakukan yang seperti itu. Gue sih biasanya baru merespon pesan tersebut apabila gue tidak bisa mengikuti acara tersebut. Namun tetap saja konfirmasi itu sungguh diperlukan. Itu sungguh sangat penting untuk pendataan demi kelancaran sebuah acara. Yah, intinya berikanlah konfirmasi biar kegiatan apa yang akan dijalani gak akan galau keberlangsungannya.


Yah, gue sering banget dapet pesan jarkoman tersebut hingga kini tiap harinya. Bagi gue semua itu gak masalah. Gue jadi tau kegiatan apa aja yang bakal gue lakukan nantinya. Selain juga mengisi kekosongan getaran di henfon gue. Semoga aja suatu saat henfon gue bisa bergetar dengan aduhai syekali. Ciah, ciah, ciah…..

Perayaan ulang tahun kerap sekali kita temukan dengan adanya kejutan dari teman-teman sejawat. Kejutan beragam dari yang biasa saja hingga ...

Perayaan ulang tahun kerap sekali kita temukan dengan adanya kejutan dari teman-teman sejawat. Kejutan beragam dari yang biasa saja hingga yang sangat ekstrim. Pemberian kejutan ini sebenarnya tergantung dari niat mereka yang mau memberi kejutan. Apakah mereka telah menyiapkan kejutan dengan rapi atau secara spontan. Bisa juga tergantung dengan seberapa spesial atau berpengaruhnya orang tersebut untuk bisa dikerjai. Tapi bagi gue itu bukanlah sebuah kejutan, itu adalah sebuah JEBAKAN!!!!

Belum lama ini ada salah satu dari teman gue yang berulang tahun. Sebelumnya gue belum mengetahui tentang hari ulang tahun tersebut. Sampai ketika di pagi hari yang sunyi itu gue mendapati pesan jarkom yang menyebutkan tentang temen gue yang ultah itu dan mereka ingin memberikan kejutan kepadanya. Yak kejutan. Uh bukan, itu jebakan.

Gue masuk kuliah dengan biasa. Sang dosen sedang tidak menghadiri perkuliahan pagi itu. Gue hanya berinternet ria saat itu. Gue tidak terlalu mengingat apa yang ada pada jarkoman barusan. Pemberian kejutan pun tidak dijadwalkan dengan pasti. Jadi gue ya biasa aja gitu.

Siangnya ada kelas responsi. Kelas mulai memanas ketika ada teguran dari sang asprak terhadap mahasiswa yang cengengesan sedari tadi. Itu bukan gue (tumben). Sempat suasana kelas menjadi hening seketika. Kemudian suara cekikan muncul berangsur-angsur. Gue gak ngerti dengan suara-suara tersebut muncul silih berganti. Ketika sang korban secara sengaja dibawa maju kedepan untuk mengerjakan secercah soal indah di depan, barulah gue sadar. JEBAKAN TIBA.

Yak, mungkin itu jebakan klasik dimana sang korban diminta untuk maju untuk mengerjakan soal kemudian tidak bisa mengerjakan dan yak, sontak akan muncul ucapan selamat ulang tahun secara bersama. Teknisnya sih memang begitu. Dan benar, semua itu terjadi. Kejutan diberikan. Akhirnya dia masuk jebakan. Begitulah hingga pengucapan harapan, bla bla bla … lainnya.

Gue menyebut itu klasik mungkin karna gue sering menonton di tv ada yang seperti itu juga. Dan yak, gue juga pernah merasakannya. Dimana gue dijebak. Gue polos. Gue gak tau apa-apa. Gue beneran polos. Gue kena jebakan ulang tahun.

Gue bukanlah orang yang suka merayakan ulang tahun. Gue juga baru dijebak saat SMA. Gue cuma gak suka ketika itu beranjak ekstrim. Seperti saat lu ultah, lu bakal diiket terus dilempar dengan berbagai macam bahan pembuat kue. Yak, alhasil tinggal dipanggang aja lu bakalan jadi kue dah tuh.

Gue masih bingung apa esensi dari pelemparan menggunakan  bahan pembuat kue tersebut. Tepung, telur, air, gula, coklat bubuk (emang ini ada ya?), dll. Apakah mereka adalah partisier, para pembuat kue. Jadi mereka bereksperimen dengan benda hidup secara langsung. Seharusnya yang mereka lempar itu seperti extra joss, gula, air, dan susu. Biar yang ultah jadi fearless.

Untuk masuk ke tahap jebakan, asprak gue mebuat suasana tegang dan panas. Setelahnya masuklah jebakan ulang tahunnya. Namun saat gue yang dijebak itu menyedihkan. Wali kelas gue yang menjadi eksekutornya. Yang menjadi bahan pembuka adalah tentang masalah pembayaran uang kas. Gue bukanlah orang yang sering bayar uang kas, jadi wajarlah kalo gue ditanyain. Gue gak sadar dan mulai terjebak masuk ke dalam perangkap mereka. Tiba-tiba gue disuruh mengerjakan soal. Gue emang jarang merhatiin saat pelajaran berlangsung. Namun secara tiba-tiba gue bisa mengerjakan soalnya dengan indah. Gue nyengir-nyengir sendiri karna berhasil ngerjainnya. Seketika gue bangga sama diri gue. Eh, tiba-tiba pintu kelas gue terbuka lebar. Disana ada sesosok manusia yang membawa sebuah kue ultah yang dipancari kerlip cahaya lilin *seketika lampu kelas dimatiin*.

Gue makin nyengir najong gak nyangka masuk dalam jebakan ini. Sekali lagi, gue adalah orang yang polos. Jadi gue gak tau harus ngapain. Gue Cuma motong kue, trus ngasih ke wali kelas, trus bagi ke temen-temen, trus yaudah. Trus kuenya dikoyak-koyak. Trus temen-temen gue jadi brutal. Trus coklatnya ditempel dimuka gue. Trus muka gue penuh coklat. Trus gue jadi gak keren lagi *apasih ini*.

Jebakan yang diberikan temen-temen gue itu emang gak kepikiran deh. Uang kas adalah hal yang sensitif bagi gue, hahaha. Jadi jebakan tersebut bisa gue bilang berhasil. Setelah kejadian tersebut gue tetep jarang bayar uang kas.


*postingan kali ini tidak memberikan pesan moral yang baik 

Di berbagai kawasan Indonesia, cabe merupakan suatu bahan yang harus ada sebagai pelengkap dalam menu makanan sehari-hari tiap orangnya. ...



Di berbagai kawasan Indonesia, cabe merupakan suatu bahan yang harus ada sebagai pelengkap dalam menu makanan sehari-hari tiap orangnya. Cabe merupakan bahan penting yang harus ada di sela-sela makanan yang tersedia. Saat makanan telah tersaji dihadapan, seketika itu pula sang cabe mulai dicari. Sebagian orang akan kebingungan ketika tidak menemukan bahan tersebut. Kemudian menganggap makanan jadi terasa biasa saja ketika tidak menggunakan bahan ini.

“Agh, gak ada sambel, gak asik nih”.
*tiba-tiba yang lagi menabur kecap dimakanannya langsung tersentak dan mematung*
*kemudian hening*
(itu bukan gue).

Oke ini bukanlah sebuah kisah sang penyuka pedas dengan segala level yang ada. Ini merupakan kisah seorang pemuda yang kurang begitu menyukai suatu hal yang terasa pedas. Baik itu pedasnya sebuah makanan, pedasnya kehidupan (aghh…), bahkan pedasnya mengarungi kehidupan jomblo itu (oh itu pedih). Apa salah mereka yang tidak suka pedas? Tidak ada kan. Mereka hanya tidak menyukai itu, trus yaudah. Itu sama aja kayak orang yang suka serial drama korrria dengan yang tidak. Itu hanyalah sebuah pilihan sob.

Bagaiman bisa seorang yang bukan penyuka pedas disudutkan begitu saja. Mereka jadi terlihat rendah bila tidak menyukai rasa pedas tersebut. Mereka dianggap cupu ketika tidak mampu menahan sensasi pedas dari suatu makanan atau bahkan dari cabe itu sendiri. Mereka terkadang menjadi minder dengan citra yang telah terbentuk seperti itu. Mereka juga terkadang menjadi labil antara harus belajar mencoba menahan rasa pedas tersebut atau tetap bertahan dengan keadaan semula.

Gue bukanlah sesorang pecinta masakan pedas. Namun hal itu bukan berarti gue gak suka pedas. Gue suka masakan pedas, tapi dengan proporsi kecap lebih banyak dari sambel, gitu aja. Keluarga gue dihinggapi oleh orang-orang pecinta pedas. Hanya gue sorang diri di rumah tersebut yang jarang makan masakan pedas. Mereka yang aneh atau gue yang kurang aneh yak.

Ngomongin aneh atau enggak, ada suatu kejanggalan dalam tubuh gue. Salah satu alasan gue untuk tidak mengonsumsi makanan dengan tingkat kepedasan yang tinggi itu karena secara ajaib tangan gue tetiba akan terasa ngilu. Ajaib kan. Gue gak ngerti kenapa bisa begitu. Ketika rasa pedas sudah mencapai tingkat tertentu, secara bersamaan pula terasa ngilu di sepanjang lengan kanan gue. Yak, secara ajaib juga itu hanya terjadi di lengan kanan gue.

Efek selanjutnya adalah perut gue berasa panas. Mungkin ini adalah efek yang biasa diterima orang secara umum. Tapi untuk gue ini lebih pecah rasanya. Perut gue bakal terasa panas sejak pertama mengecap rasa pedas pada suatu makanan, hingga malam akan berakhir.

Gue selalu berusaha menutupi kenistaan ini dari temen-temen gue yang jahanam itu. Soalnya ketika temen gue yang jahanam itu mengetahui hal tersebut, munculah kekampretan dari diri mereka. Sebagai contoh adalah ketika kita sedang makan bakso bersama-sama. Sesaat gue mengalihkan pandangan. Sesaat itu pula teman gue secara kampret temen gue langsung masukin cabe sebanyak-banyaknya ke dalam mangkuk yang berisi bakso milik gue. Emang kampret tuh orang.

Gue bukan merupakan orang yang bisa menyembunyikan ekspresi gue akan suatu hal yang mencengangkan. Salah satunya adalah rasa pedas itu. Gue tak mampu menutupi ekspresi ketika sedang memakan masakan yang pedas. Gue dengan seketika pasti menggeliat menahan rasa pedas tersebut. Temen gue pun langsung tau setelah melihat gelagat gue yang sungguh mengherankan itu. Kemudian mereka berubah menjadi jahanam dengan membubuhi makanan gue dengan segala jenis cabe yang ada. Gue dihardik.

Sebagai contoh lagi, gue dulu punya kelompok belajar bareng gitu untuk nyambut snmptn. Jadi kita sering ngumpul bareng gitu buat ngebahas soal-soal. Nah, tapi kan bosen kalo Cuma ngebahas soal doang terus pulang. Jadi kami putuskan untuk membuat permainan dari penilaian hasil kita ngerjain soal. Kadang-kadang kita disuruh ngegodain penjaga suatu kedai makan. Kadang-kadang kita disuruh minum air dengan gelas yang besar. Dan yang paling buruk adalah MAKAN CABE SECARA UTUH. Saat itu rasanya gue mau izin aja gak ikutan belajar bareng mereka karena secara tiba-tiba otak gue pindah kecenderungan menuju ke kanan, gue mau bidang seni aja dah.

Gue pun ikut permainan itu dengan kecemasan yang tinggi. Gue memupuk kepercayaan diri gue dengan menganggap ini seperti permainan kartu yang biasa gue lakoni. Dimana gue jarang berada diperingkat terakhir. Secupu-cupunya gue berada diperingkat yang sungguh dekat dengan akhir. Namun ini berbeda, dalam pengerjaan soal bagian pertama gue berhasil lolos dengan cemerlang. Temen gue nelen cabe secara utuh dengan mantap. Gue hanya bisa menelan ludah.

Gue tiba-tiba secara ajaib jadi grogi. Disaat itulah gue mendapat peringkat akhir dari penilaian dalam pengerjaan soal. Gue mau tak mau harus menerima konsekuensinya. Temen gue yang tau kalo gue gak suka pedes pun ngakak sepuasnya. Gue pasrah. Lagi-lagi ada pikiran ajaib yang keluar di otak gue untuk menelan langsung cabe tersebut tanpa di kunyah. Pasti gak pedes kalo langsung ditelen. Mungkin perut gue bakalan kerasa panas bentar dong. GUE SALAH. Cabe tersebut langsung gue telen secara utuh. Kemudian nyangkut di tenggorokan gue dan pecah, menghamburkan sensasi pedas disekitar tenggorokan gue. SYIITTT!!!  

Air mata gue tiba-tiba menetes. Bukan karna gue nangis choyy!!! Lemah amat gue. Gue tersendak cabe. Kalo tersendak jelas aja ada sedikit air mata yang keluar. Sensai pedasnya juga sungguh menawan. Temen gue ngakak sekencang-kencangnya. Emang kampret dah. Semenjak itu gue menolak segala bentuk hukuman dari sebuah permainan yang berhubungan dengan cabe dan sekawanannya.

Yah, gue gak seutuhnya juga tidak menyukai sesuatu yang pedas. Gue seikit-sedikit masih mau kok mengecap sesuatu yang pedas. Karena menurut gue sesuatu yang biasa aja tanpa ada tamabahan rasa apapun itu, khususnya rasa pedas, seperti tidak memberi kesan lebih gitu aja. Sesuatu yang dinikmati secara biasa tanpa tambahan rasa itu ya jadi gitu-gitu aja. Ada sesuatu untuk menambah cita rasa hal tersebut. Apasih ini? Yah pokoknya CABE ITU PEDAS!!!!!

Lu percaya takdir gak sob? Kalo gue sih percaya abis. Secara di agama yang gue anut juga mengajarkan kita untuk mempercayainya. Kenapa? S...



Lu percaya takdir gak sob? Kalo gue sih percaya abis. Secara di agama yang gue anut juga mengajarkan kita untuk mempercayainya. Kenapa? Soalnya Tuhan tuh kayak udah ngasih takdir tertentu yang sudah ditetapkan gitu dan juga yang harus diusahakan gitu. Jadi kayak lu dapet sesuatu tuh gak cuma duduk diem, trus yaudah deh lu dapet sesuatu yang berharga. Enggak sob. Lu masih harus berusaha buat dapetin sesuatu yang berharga itu.

Gue sempet tertegun dengan perkataan dari temen gue :

“Istri tuh udah takdir, tapi pacar tuh masih bisa diusahain”

Jadi perkataan itu tuh kayak seorang istri emang sudah ditakdirkan untuk kita. Namun untuk urusan pacar tuh kayak kalo kita belum mendapatkannya ya tinggal usaha. Nah trus kalo usaha itu berbuahkan hasil kan kita bakal mendapatkan sesuatu yang berharga, sebut saja itu istri. Itu sih hanya segelintir penafsiran gua terhadap pernyataan temen gue itu. Ini kenap malah jadi menye-menye ngomongin istri yak. -__-

Gimana sih lu ketika mendapati sebuah pertemuan dengan seseorang? Apakah itu takdir? Atau itu sesuatu yang hanya ketidak sengajaan belaka. Tapi tetep ya itu termasuk takdir. Dimana setiap pertemuan itu seperti telah direncanakan tanpa sepengetahuan kita. Itu hanya bergantun pada pertemuan yang berkualitas atau hanyalah pertemuan biasa saja. Pertemuan berkualitas tuh kayak setelah pertemuan trus berlanjut dengan adanya saling kenal satu sama lain dan berkelanjutan. Kalo pertemuan biasa aja ya kayak lu ketemu orang, trus senyum, trus yaudah, gak tau apalagi atau bahkan beranjak pergi kemudian.

Bagaimana jika lu bertemu namun tidak dengan cara yang sebenarnya. Sosok itu berada di tempat yang sama, namun jiwa mereka berada di tempat berbeda. Tidak bertemu. Seperti ketika kedua mata kalian yang secara tidak disengaja berpapasan dalam suatu detik keheningan. Sesaat dimana waktu seakan membeku dan juga sesaat itu terbuyarkan oleh pandangan yang berpindah. Lu hanya bisa bertatap namun tak berbicara.

Bagaimana jika lu dahulu kala selalu bersama dengannya. Bertemu tiap waktu. Namun seketika terpisahkan oleh waktu. Dimana lu tidak bisa bertemu sesaat. Namun ketika lu berusah untuk bertemu dengannya itu mendapati berbagai halangan. Banyak cara yang lu lakuin untuk bertemu dirinya namun selalu saja gagal.

Gue cuma bisa ngasih saran untuk terus berusaha saja. Tiap usaha lu mungkin bakal dapat kegagalan. Namun gak semua usaha itu bakal gagal kan. Pasti satu atau dua diantaranya akan menunjukkan secercah keberhasilan. Mungkin lu bisa bertemu dengan dirinya secara sebenarnya.

Oke, ini gue kenapa yak, tiba-tiba terlalu menye seperti ini. Sebenernya ini adalah tulisan tentang gue yang akhirnya bertemu dengan gitar gue setelah sekian lama. Tuh gitar gagal terus gue bawa ke kontrakkan, ada aja dah halangannya. Akhirnya sekarang gue sudah menemukan kesempatannya. Tulisannya juga sengaja gue buat rada ambigu gitu, huehehe….

Oh iya, satu lagi sebagai penutup. Ini adalah percakapan gue dengan teman gue

Temen : fizh, lu udah pacaran berapa kali?
Gue      : belom pernah
Temen : ohhh
Gue      : emang lu udah berapa kali?
Temen : -3 (minus tiga)
Gue      : pfftttt
Temen : kok lu gak pacaran sih?
Gue      : bukan, kita hanya belum bertemu seutuhnya saja
Powered by Blogger.

Pages