Alas kaki merupakan benda berharga yang menemani langkah kita dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Mereka menjaga kita dari dataran ...



Alas kaki merupakan benda berharga yang menemani langkah kita dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Mereka menjaga kita dari dataran tempat kita berpijak yang belum tentu nyaman untuk dipijaki. Bagaimana rasanya apabila alas kaki (red: sandal) ini tetiba menghilang dari pandangan kita secara sekejap? Pasti kita akan kebingungan mencarinya. Resah mencari di sekitar wilayah tempat meninggalkan sendal. Rasa gundah yang menghampiri. Rasa jengkel pun turut serta hadir. Hal ini juga bisa meningkatkan prasangka buruk terhadap orang lain.

Misteri hilangnya sendal ini pernah gua alami di sekitaran masjid. Tips-tips dalam menghadapi kehilangan sendal ini pun pernah gua tulis pada postingan terdahulu. Kali ini berbeda. Di jalan ketika sedang pulang menuju asrama, teman gua bercerita tentang keresahannya akan peletakkan sendal di asrama. Dia sering kehilangan sendalnya begitu saja saat di asrama. Nah dari situ hati gua kembali tersentuh untuk memberikan tips sekali lagi demi menjaga sendal-sendal tak berdosa itu berpindah ke kaki-kaki yang tidak bersangkutan.

*tips-tips ini hanya fiktif belaka, apabila ada kesamaan pada tips dan kejadian harap maklum

Dalam gedung asrama sendal tidak boleh digunakan di dalamnya, jadi sendal harus di letakkan di luar atau di tempat yang telah di sediakan di samping pintu masuk gedung.

1. Singkirkan sendal dari kaki-kaki yang tidak bertanggung jawab di tempat yang telah disediakan oleh pengelola asrama

2. Masih dalam menyingkirkan sendal. Letakkan sendal di atas genteng, biar yang mau ngambil susah.

3. Tetap dalam menyingkirkan sendal. Kubur sendalmu di sekitar halaman gedung asrama biar yang mau ngambil bingung.

4. Letakkan sendal di ventilasi biar yang mau ngambil gak sadar.

5. Letakkan sendal di semak belukar biar yang mau ngambil gak nyangka.

6. Singkirkan sendal di tempat yang panas biar yang mau ngambil kepanasan kakinya

7. Pipisin sendalnya biar menunjukkan kalo sendal itu punya kita

8. Kasih aer hujan biar yang mau ngambil kepleset

9. Kasih es batu biar yang mau ngambil tambah kepleset

10. Kasih agar-agar biar yang mau ngambil makin kepleset.

11. Letakkan kutu yang ada di kasur anda biar yang mau ngambil jadi gatel-gatel

12. Letakkan cacing yang ada di kamar mandi anda biar yang mau ngambil jadi geli

13. Letakkan kecoa yang ada di kamar anda biar yang mau ngambil jadi jijik

14. Taro paku payung, jarum pentul, silet, gunting, dan senjata tajam lainnya

15. Pasang tulisan "tidak mencuri lebih baik daripada mengobati" *salah slogan*

16. Pasang tulisan "dua sendal lebih baik" *fail*

17. Pasang tulisan di sendal kiri anda, "kamu mau nyolong ya??", trus yang mau ngambil langsung kaget dan berkata "kok tau??", lanjut tulis pada sendal kanan anda, "soalnya kamu telah menyolong hatiku" *fail*

18. Pasang tulisan di sendal kiri anda, "kamu pekerja keras ya??", trus yang mau ngambil langsung kaget dan berkata, "kok tau??", lanjut tulis pada sendal kanan anda, "soalnya kamu mau repot-repot mau ngambil sendal yang udah aku pipisin tadi" *lah*

19. Tulis tanggal lahir anda, siapa tau tanggal lahirnya sama dengan yang mau ngambil, jadi dia bisa mengurungkan niatnya karna lahir di hari yg sama

20. Tulis "ini sendal anak teknik", biar yg mau ngambil takut, karna anak teknik solid

21. Kasih soal kalkulus pada sendal anda, jadi yg mau ngambil bisa sekalian belajar *sendal mencerdaskan bangsa*

22. Kasih sudoku pada sendal anda, jadi yg mau ngambil bisa sekalian asah otak *sendal mencerdaskan bangsa*

23. Kasih teka-teki silang pada sendal anda biar yg mau ngambil bisa ngisi teka-teki silang sambil minum kopi di kala senggang *kopinya darimana!!!!*

24. Kasih papan catur beserta bidak-bidaknya, biar yg mau ngambil maen dulu caturnya sebelum diringkus oleh anak-anak asrama.

25. Bungkus sendal anda dengan daun pisang biar dikira pepes

26. Bungkus sendal anda dengan kain kafan biar dikira kucing mati *salah* *horor*

27. Pasang tulisan "kalian luar biasa!!!", jadi yg mau ngambil ternyata adalah 'sahabat noah', gak jadi ngambil

28. Taruh pin bb anda pada sendal, biar yg mau ngambil nginvite kita trus jadi temenan deh *lhau

29. Taruh akun friendster anda pada sendal, biar yg mau ngambil matanya mendidih atas kekonvensionalan lo

30. Letakkan sendal anda diantar sendal yg sejenis dengan yg lainnya, biar yg mau ngambil jadi salah ngambil punya orang laen

31. Gunakan sendal kanan dan kiri yang berbeda, biar menurunkan niat yg mau ngambil sendal kita

32. Kasih sejadah di dekat sendal anda biar yg mau ngambil beribadah dulu dan kemudian insap *sujud sukur*

Sekian sedikit tips dari gua. Semoga tips-tips di atas dapat menambah wawasan anda sekaligus mampu menumbuhkembangkan kemampuan anda dalam menjaga sendal anda *apasih*. Semoga sendal-sendal anda mampu survive dari kaki-kaki yang tidak bertanggung jawab. Tips ini merupakan lanjutan dati tips seblumnya di postingan gua terdahulu. Semoga keduanya bisa bermanfaat *ngaco*.

Dan seperti postingan sebelumnya, semua tips tersebut tidak ada yg gua jalani, huahahah *evil laugh*. Gue hanya menggunakan sendal lusuh dan bapuk, juga yang terpenting adalah tempat penyimpanannya, yaitu di kamar sendiri. Gile lu mau naro sendal di depan pintu gedung asrama, kacau broo. Di sana lingkungannya kejam. Sendal gua tak mampu menghadapi kerasnya tinggal disana. Oleh karena itu gua melindunginya dengan menyimpan di dalam kamar sendiri. Dia aman dan tentram disana. Tak terjamah kaki-kaki yang tidak bertanggung jawab.

Kata terakhir dari gua, jagalah sendalmu seperti kau menjagi bagian dari jiwamu *lebay*. Karena dia adalah separuh aku *langsung nyanyi*. KALIAN LUAR BIASAAAA!!!!!!

Musim penghujan masih mendera sebagian besar wilayah indonesia. Khususnya wilayah bogor sebagai kota yang tersering menyumbang hujannya. Te...


Musim penghujan masih mendera sebagian besar wilayah indonesia. Khususnya wilayah bogor sebagai kota yang tersering menyumbang hujannya. Terkadang memberikan dampak buruk pada wilayah lain yang daerahnya lebih rendah dari bogor. Disini gua bukan ngebahas tentang wilayah yang terkena dampak dari hujan yang terjadi karena daerahnya lebih rendah dari bogor. Namun sebatas hujan yang terjadi di bogor saja.

Seringnya hujan yang terjadi di bogor ini membuat para warganya siap siaga dalam menghadapi kedatangan sang hujan. Begitu juga untuk para pendatang di kota bogor ini. Kita harus siap sedia payung, mantel, jas hujan dan yang lainnya. Walaupun terkadang ribet untuk membawa barang-barang tersebut, namun barang tersebut memang diperlukan di kala turunnya hujan yang tak menentu ini.

Terkadang hujan yang datang begitu brutal hingga mampu merusak payung-payung yang dibeli dengan harga hasil susah payah di tawar. Payung juga hanya mampu melindungi bagian tengah pada tubuh kita. Selebihnya di bagian bawah dan pinggir bakal habis di serang oleh ait hujan yang deras mengguyur kota ini. Nah ini dia yang menjadi permasalahan apabila terjadi hujan disaat kepulangan gua ke asrama. Payung tak mampu menahan serangan air hujan dari segala penjuru. Gua hanya mampu berlindung di bagian tengahnya saja. Bagian yang lain di babat habis. Terutama adalah bagian bawah. Yak, bagian sepatu gua. Sepatu gua bakal dilahap oleh ganasnya air hujan. Basah. Seluruh permukaannya, dari dalam hingga luar. Gua sih masih mempunyai sepatu yang lainnya, tapi gak tau dah kalo bakal dilahap juga oleh hujan nantinya. Kondisi yang tak menentu juga mengakibatkan susahnya gua untuk menjemur tuh sepatu yang sudah terserang hujan pada hari sebelumnya. Itulah yang mengapa pada postingan sebelumnya gua pergi keluar mencari sepatu pengganti sebagai alternatif apabila bakal dihadapkan lagi dengan hujan yang deras.  

Sepatu gua perlahan mulai di serang satu per satu. Gua mempunya tiga sepatu. Pertama sepatu hitam yang biasa menemani gua dalam mengarungi hujan deras. Sepatu ini biasanya jadi tumbal untuk menghadapi musim penghujan. Kedua sepatu merah yang udah rada buluk plus ada beberapa bagian yang robek. Kalo sepatu ini terkadang saja gua pake buat menerobos ujan, itu juga karna terpaksa. Karna sepatu merah ini lebih biasa gua pake untuk pergi kemana-mana. Ketiga ada sepatu lari gua berwarna putih. Sepatu ini belom pernah gua cuci semenjak hari pembeliannya. Sepatu ini sangat bersejarah di kala dulu gua berlatih daya tahan jantung dan juga stamina. Jadi biar sejarahnya terus terukir pada sepatu tersebut, jadinya gak pernah gua cuci (bilang aja males -__-).

Sepatu hitam gua sudah terkena serangan hujan. Basah. Kini lembab dan belom selesai terjemur sempurna. Gua hanya menyemprotkan parfum ke dalam sepatu tersebut sekenanya agar harum lembabnya sepatu itu berpadu dengan harum parfum. Mungkin dengan begitu bakal tercipta suatu wewangian yang baru, yang bakal merubah sejarah dunia *salah*. Gua hanya menyisakan sepatu merah gua saja. Itu karna sepatu putih gua baru saja di pinjem oleh kakak gua dan sekarang masih dalam proses pencucian. Gua hanya berharap sepatu merah gua mampu bertahan sampai tiba saatnya bertemu dengan sang hujan. Atau gua berharap hidung teman-teman gua sekelas mampu bertahan hingga sepatu hitam gua ini sudah terjemur secara sempurna.

Minggu awal perkuliahan masih belum didera dengan padatnya jadwal tiap mata kuliah. Hanya pertemuan pertama kuliah dan sedikit penganta...



Minggu awal perkuliahan masih belum didera dengan padatnya jadwal tiap mata kuliah. Hanya pertemuan pertama kuliah dan sedikit pengantar materi awal untuk masuk ke materi utama. Praktikum pada minggu awal ini masih belum diadakan. Dengan masih terjadinya kekosongan dalam jadwal perkuliahan ini gua manfaatkan untuk pergi keluar. Keluar mencari sesuatu yang baru. Keluar merefreshingkan diri. Keluar dalam lingkaran kegiatan gua yang itu-itu aja *gaya banget*. Yang jelas bukan keluar untuk mencari keributan. Gua anak yang baik kok. Sayang mamah dan papah. Tidak lupa sayang adik dan kakak juga *apaan sih ini*.

Gua jadi berencana keluar untuk mencari sepasang sepatu. Ini dikarenakan sepatu gua yang udah gak berbentuk lagi, robek disana sini. Gua juga bingung, sebrutal apakah gua dalam menggunakan sepatu. Atau setajam apakah kaki gua hingga bisa merobek berbagai sisi sepatu gua. Di kota bogor ini juga sering terjadi hujan yang sulit di prediksi. Apabila saat siang hari sang mentari masih menyampaikan sinarnya, tidaklah menjadi halangan yang memungkinkan akan turunnya hujan di sore harinya. Gua sendiri yang kuliah dari pagi hingga sore hari harus menerima kenyataan itu. Dimana gua harus menerobos sisa-sisa hujan yang terjadi sore harinya dan menyebabkan sepatu gua menjadi lembab. Dan kalian tau kalo udah seperti itu sang sepatu akan menghantarkan aroma yang indah sekaligus menari-nari di sekitar indra penciuman kita. Karna hal itu, gua jadi membutuhkan alternatif tambahan sepatu.

Hari jum’at jadi pilihan gua untuk mencari sang sepatu. Pada hari itu jadwal perkuliahan gua semuanya adalah praktikum yang pada minggu awal belum diadakan. Jadi gua bisa berpergian keluar. Karna sabtu juga gua tidak ada jadwal perkuliahan, jadinya gua sekalian berkunjung ke rumah saudara gua yang berada di jakarta selatan.

Gua pergi menuju suatu pasar swalayan di bogor dekat stasiun. Tulisannya sih BTM, gua gak tau kepanjangannya apa, atau mungkin emang itu namanya *whatever*. Noraknya adalah gua baru pertama kali mengunjungi mall ini. Gua lebih sering mengunjungi botani square daripada mall ini. Akhirnya status kenorakan gua lepas setelah gua pergi kesana. Masuk pertama kali disana langsung merubah pandangan gua terhadap tempat perbelanjaan ini. Dari luar terlihat lumayan megah. Namun ketika masuk kedalamnya itu malah jadi terlihat sesak oleh toko-toko yuang menjualkan pakaian, tas, sepatu maupun aksesoris lainnya.
Gua berkeliling sebentar sambil melihat-lihat isi tempat perbelanjaan ini. Tapi tetap ke tujuan utama gua yaitu mencari sepatu.

Hari itu ternyata masih dalam rangka perayaan imlek sekaligus valentine apalah itu. Promo pemotongan harga yang diberikan oleh berbagai pusat perbelanjaan masih terpampang di segala penjuru barang yang diperjualkan. Masuk ke daerah penjualan berbagai macam sepatu, gua di sambut diskon disana sini. Potongan harga yang besar-besaran. Tapi tetap saja harga barangnya telah dinaikkan sebelumnya, jadi pihak penjual tidak terlalu merugi akan pemotong harga tersebut. Gua ngeliat sepatu diskon tujuh puluh persen, tapi harga sebelum pemotongannya juga udah nyolok mata *sakit*. Diskon lima puluh persen gak beda jauh. Begitu juga dengan diskon yang lainnya. Apalagi yang gak diskon, tetep gak nyantai harganya. Yang gak terlalu gua senang disini adalah disaat gua sedang melihat sepatu-sepatu yang ditampilkan itu, sang spg mulai menghampiri gua dan ngikutin terus kemanapun gua pergi untuk ngeliat sepatu. Watt!!! Gak gitu juga kali ngikutinnya. Gua butuh sedikit privasi. Gua butuh waktu sendiri untuk menentukannya. Spg-nya terlalu kepo ngikutin gua. Belum tentu pelanggan bakal  langsung milih apa yang bakal ia beli. Kalo memang butuh bantuan sang spg, pasti pelanggan bakal manggil kok. Gua emang rada risih kalo diikutin begini. Gua bukan mau nyolong kakak....

Yap, gua belom bisa menentukan yang tepat. Gua galau. Gua bingung gimana milih yang paling tepat. Gua labil. Gak bisa berpresepsi yang kuat untuk menentukan pilihan. Oke gua pergi dari tempat sepatu tersebut. Meninggalkan spg yg ngikutin gua dari tadi. Meninggalkan harapan gua untuk mengganti sepatu yang udah buluk ini (bahasa gua udah kayak apa aja dah). Gua keluar dari pusat perbelanjaan tersebut. Gak disangka di luar sana telah terbentuk sekumpulan orang. Ternyata sedang diadakan sebuah pertunjukan barongsai. Pertunjukkan sebagai perayaan hari imlek. Gua tertarik untuk melihat pertunjukkan tersebut, gua pun menghampiri kerumunan itu. Acara dimulai dengan tabuhan genderang yang secara semangat dipertunjukkan. Semangat yang berlebih itu malah memunculkan sebuah kejadian kecil. Disaat sang penabuh sedang menabuh genderang dengan semangat membara, tongkat pemukul lepas dari tangan sang penabuh. Namun musik pengiring tetap berjalan, show must go on kawan! Barulah barongsai masuk dan kemudian menunjukkan gerakan tariannya kesana kemari mengelilingi kerumunan manusia disana. Disini gua lagi-lagi bersyukur terlahir dengan tubuh yang proposional dalam ukuran tinggi. Gua bisa melihat pertunjukkan dengan santai. Orang-orang yang belum mendapatkan tinggi yang proposional lainnya itu harus berusaha dalam menonton pertunjukkan itu. Terkhusus mereka yang berada di posisi belakang karna sudah tertutup oleh orang-orang di depannya.

Pertunjukkan belum selesai tapi gua udah pergi dari acara tersebut. Gua udah gak kuat berdiri lama-lama nonton gituan. Gua langsung berangkat ke rumah sodara gua.

Esoknya kakak gua dateng. Dia ngajakin pergi ke pusat perbelanjaan di dekat rumah sodara gua. Namanya pejaten village. Di pusat perbelanjaan itu menurut gua lebih keren dari yang sebelumnya. Mulai dari penataan ruangan hingga barang yang di perjual belikan. Mulai keliling kembali bersama kakak gua dengan tujuan utama tetap untuk membeli sepatu. Ternyata disana juga tetap memberikan potongan harga. Harga yang disuguhkan juga tidak jauh berbeda. Gua tetap pusing milihnya. Ujung-ujungnya gua gak jadi beli tuh sepatu. Gua tetep make sepatu lama itu. Gua tetep make sepatu yang udah sobek-sobek itu. Gua tetep make sepatu yang buluk itu. Sepatu itu udah terlalu sering berjalan melangkahkan kaki bersama gua. Jadi gua tetap memilih tetap menggunakan sepatu ini untuk keluar bersama.  

Masa liburan telah usai. Para mahasiswa perantau yang kembali ke pangkuan orang tuanya disaat liburan harus kembali ke kondisi merek...


Masa liburan telah usai. Para mahasiswa perantau yang kembali ke pangkuan orang tuanya disaat liburan harus kembali ke kondisi mereka seperti sedia kala. Kembali ke masa perkuliahan mereka lagi. Kembali merantau demi menuntut ilmu untuk membanggakan kedua orang tua. Kembali ke daerah perantauan lagi. Begitu juga dengan gua.

Gua berangkat di sabtu malam bersama dengan ayah dan kakak gua. Dengan kondisi fisik yang sedang tidak bagus gua tetap berangkat. Sepanjang perjalanan gua hanya tidur saja untuk sejenak mengistirahatkan badan dalam perjalanan yang cukup panjang ini. Biasanya kalo lagi kondisi begini gua hanya butuh istirahat yang sering aja.
Sampai pelabuhan dengan waktu yang cukup singkat. Gua gak tau kenapa rasanya perjalanan kembali lagi ke bogor lebih cepat dibandingkan saat gua pulang ke lampung. Mungkin karena sepanjang perjalanan gua lebih sering tidur, jadi tidak terlalu berasa waktu tempuh selama perjalan.

Teman-teman gua yang lain dari institut yang sama asal lampung juga melakukan perjalanan kembali ke bogor dengan jadwal yang sama dengan kita bertiga. Namun setibanya di dalam kapal, gua tidak bertemu dengan mereka. Kemungkinan besar karna kapal yang kita naiki berbeda. Gua kembali tidur selama perjalanan di kapal ini hingga tiba di pelabuhan selanjutnya. Di bus juga begitu. Walaupun posisi antar kursi dalam bus yang sungguh sangat rapat, gua tetap tidur untuk mengistirahatkan diri. Waktu benar-benar singkat hingga gua tiba di tangerang dengan cepat. Kita singgah di sana sebentar di rumah mbah gua. Setibanya disana gua kembali mengistirahatkan tubuh gua hingga benar-benar fit untuk perjalanan selanjutnya.

Sehabis zuhut gua, kakak dan ayah berpisah ke tujuan masing-masing. Gua ke bogor. Kakak gua ke bintaro. Ayah gua ke Bangka Belitung. Namun di tengah perjalanan ayah gua ngajak untuk ikut bersama beliau ke bandara. Karena gua suka jalan-jalan, langsung aja gua terima ajakannya. Langit mulai ditutupi awan-awan yang perlahan menjadi kelam. Tanda-tanda akan turunnya hujan mulai terlihat. Tetesan air yang masih dalam taraf intensitas yang terbilang sedikit menghampiri perjalanan gua dan sang ayah.

Kita menuju bandara dengan menggunakan bus. Selama perjalanan awal tidak begitu macet. Hanya saja ketika mulai mendekati bandara kepadatan kendaraan meningkat yang menghambat perjalanan. Kondisi gua udah mulai mendingan dari sebelumnya, jadi selama perjalanan gua udah gak tidur lagi. Gua juga jadi bisa memperhatikan sekitar selama perjalanan, siapa tau bisa dapet suatu inspirasi, hoho....

Setibanya di bandara, ayah gua melakukan penukaran tiket dan bersiap menunggu keberangkatan. Gua juga bersiap menuju ke bogor. Menunggu kedatangan bus dengan tujuan bogor. Ketika sebuah bus dengan tujuan bogor datang menghampiri, secara tiba-tiba orang-orang sekitar yang juga menunggu bus dengan tujuan ini berdiri serentak. Mereka lumayan banyak, artinya gua harus berdesak-desakkan demi mendapat tempat duduk. Namun ketika sang petugas menyebutkan bahwa itu adalah royal bus dengan tarif diatas bus yang biasa, seketika itu juga orang-orang yg berdiri serentak tadi, serentak pula kembali ke posisi duduk mereka. Begitu pula gua. Tarifnya emang gak nyantai banget dah tuh. Gak lama dari kedatangan bus yang harganya gak nyantai itu, datanglah sang bus dengan tarif normal. Yak, kali ini gua bener-bener berdesak-desakkan demi mendapat sebuah kursi biar gak nunggu kedatangan bus yg lainnya. Beruntung gua bisa mendapatkannya. Akhirnya gua berangkat ke bogor juga.

Di perjalanan, langit yang tadi berubah menjadi kelam, kini menjatuhkan airnya. Hujan yang tidak terlalu deras menemani perjalanan gua. Hingga gua sampai di kampus pun rintik hujan masih menemani. Dalam perjalanan menuju asrama, tiba-tiba ada pesan singkat yang masuk di HP gua, “hapis gila”. Oke gua kaget ngeliat sms begituan. Penyambutan semacam apakah itu? Dan gua baru tau kalo di lorong gedung asrama gua, ternyata gua yang terakhir datang. Juga karna gua baru tiba di asrama di malam hari dimana besoknya gua harus kuliah pagi. Betapa nyantainya gua.

Setibanya di kamar ternyata tak ada perubahan disana, masih berantakan seperti biasa. Maklumlah cowok. Kita adalah mahluk yang serba fleksibel. Begitu juga dalam penempatan barang, harus sefleksibel mungkin. Bisa juga karna kita adalah mahluk seni. Jadi dalam penempatan barang di dalam ruangan berada di posisi-posisi yang terlihat menjadi artistic (red: berantakan). Mungkin juga karena kita adalah mahluk anti-mainstream dimana dalam penempatan barang dalam ruangan tak perlu mengikuti gaya-gaya yang sudah ada. Kita punya gaya tersendiri. Bebas itu nyata *apasih*

Di perjalanan gua sudah disambut hujan. Kini kembali ke tempat dimana gua harus terlelap harus disambut dengan keluarga kutu yang sudah berkembang biak selama liburan yang gua lewati. Malam itu gua harus menahan rasa gatal di sekitar anggota badan gua. Gua harus bisa tahan dan mulai terlelap sehingga besoknya kasur ini bisa gua jemur dan terbebas dari masalah perkutuan. Namun tak seperti yang di bayangkan. Gua gak jadi ngejemur kasur karna ada kuliah pagi. Gua juga gak mungkin ninggalin kasur yang terjemur begitu saja melihat kondisi bogor yang sering turun hujan secara tak menentu. Jadi kasur ini kembali gua beri percikan api sebagai pengganti sinar matahari demi menghilangkan beberapa kutu dari kasur gua tersebut. Membersihkan sekenanya saja hingga sudah lumayan layak untuk di tempati.

Ya akhirnya gua kembali ke kehidupan asrama. Kembali menjalani perkuliahan. Kembali ke dalam ekspektasi. Ekspektasi untuk terwujudnya sebuah realitas. Semoga ekspektasi-ekspektasi besar ini bisa lebih terwujud dari ekspektasi sebelumnya.
Powered by Blogger.

Pages