Masa liburan telah usai. Para mahasiswa perantau yang kembali ke pangkuan orang tuanya disaat liburan harus kembali ke kondisi merek...

Kembali ke asrama

/
1 Comments

Masa liburan telah usai. Para mahasiswa perantau yang kembali ke pangkuan orang tuanya disaat liburan harus kembali ke kondisi mereka seperti sedia kala. Kembali ke masa perkuliahan mereka lagi. Kembali merantau demi menuntut ilmu untuk membanggakan kedua orang tua. Kembali ke daerah perantauan lagi. Begitu juga dengan gua.

Gua berangkat di sabtu malam bersama dengan ayah dan kakak gua. Dengan kondisi fisik yang sedang tidak bagus gua tetap berangkat. Sepanjang perjalanan gua hanya tidur saja untuk sejenak mengistirahatkan badan dalam perjalanan yang cukup panjang ini. Biasanya kalo lagi kondisi begini gua hanya butuh istirahat yang sering aja.
Sampai pelabuhan dengan waktu yang cukup singkat. Gua gak tau kenapa rasanya perjalanan kembali lagi ke bogor lebih cepat dibandingkan saat gua pulang ke lampung. Mungkin karena sepanjang perjalanan gua lebih sering tidur, jadi tidak terlalu berasa waktu tempuh selama perjalan.

Teman-teman gua yang lain dari institut yang sama asal lampung juga melakukan perjalanan kembali ke bogor dengan jadwal yang sama dengan kita bertiga. Namun setibanya di dalam kapal, gua tidak bertemu dengan mereka. Kemungkinan besar karna kapal yang kita naiki berbeda. Gua kembali tidur selama perjalanan di kapal ini hingga tiba di pelabuhan selanjutnya. Di bus juga begitu. Walaupun posisi antar kursi dalam bus yang sungguh sangat rapat, gua tetap tidur untuk mengistirahatkan diri. Waktu benar-benar singkat hingga gua tiba di tangerang dengan cepat. Kita singgah di sana sebentar di rumah mbah gua. Setibanya disana gua kembali mengistirahatkan tubuh gua hingga benar-benar fit untuk perjalanan selanjutnya.

Sehabis zuhut gua, kakak dan ayah berpisah ke tujuan masing-masing. Gua ke bogor. Kakak gua ke bintaro. Ayah gua ke Bangka Belitung. Namun di tengah perjalanan ayah gua ngajak untuk ikut bersama beliau ke bandara. Karena gua suka jalan-jalan, langsung aja gua terima ajakannya. Langit mulai ditutupi awan-awan yang perlahan menjadi kelam. Tanda-tanda akan turunnya hujan mulai terlihat. Tetesan air yang masih dalam taraf intensitas yang terbilang sedikit menghampiri perjalanan gua dan sang ayah.

Kita menuju bandara dengan menggunakan bus. Selama perjalanan awal tidak begitu macet. Hanya saja ketika mulai mendekati bandara kepadatan kendaraan meningkat yang menghambat perjalanan. Kondisi gua udah mulai mendingan dari sebelumnya, jadi selama perjalanan gua udah gak tidur lagi. Gua juga jadi bisa memperhatikan sekitar selama perjalanan, siapa tau bisa dapet suatu inspirasi, hoho....

Setibanya di bandara, ayah gua melakukan penukaran tiket dan bersiap menunggu keberangkatan. Gua juga bersiap menuju ke bogor. Menunggu kedatangan bus dengan tujuan bogor. Ketika sebuah bus dengan tujuan bogor datang menghampiri, secara tiba-tiba orang-orang sekitar yang juga menunggu bus dengan tujuan ini berdiri serentak. Mereka lumayan banyak, artinya gua harus berdesak-desakkan demi mendapat tempat duduk. Namun ketika sang petugas menyebutkan bahwa itu adalah royal bus dengan tarif diatas bus yang biasa, seketika itu juga orang-orang yg berdiri serentak tadi, serentak pula kembali ke posisi duduk mereka. Begitu pula gua. Tarifnya emang gak nyantai banget dah tuh. Gak lama dari kedatangan bus yang harganya gak nyantai itu, datanglah sang bus dengan tarif normal. Yak, kali ini gua bener-bener berdesak-desakkan demi mendapat sebuah kursi biar gak nunggu kedatangan bus yg lainnya. Beruntung gua bisa mendapatkannya. Akhirnya gua berangkat ke bogor juga.

Di perjalanan, langit yang tadi berubah menjadi kelam, kini menjatuhkan airnya. Hujan yang tidak terlalu deras menemani perjalanan gua. Hingga gua sampai di kampus pun rintik hujan masih menemani. Dalam perjalanan menuju asrama, tiba-tiba ada pesan singkat yang masuk di HP gua, “hapis gila”. Oke gua kaget ngeliat sms begituan. Penyambutan semacam apakah itu? Dan gua baru tau kalo di lorong gedung asrama gua, ternyata gua yang terakhir datang. Juga karna gua baru tiba di asrama di malam hari dimana besoknya gua harus kuliah pagi. Betapa nyantainya gua.

Setibanya di kamar ternyata tak ada perubahan disana, masih berantakan seperti biasa. Maklumlah cowok. Kita adalah mahluk yang serba fleksibel. Begitu juga dalam penempatan barang, harus sefleksibel mungkin. Bisa juga karna kita adalah mahluk seni. Jadi dalam penempatan barang di dalam ruangan berada di posisi-posisi yang terlihat menjadi artistic (red: berantakan). Mungkin juga karena kita adalah mahluk anti-mainstream dimana dalam penempatan barang dalam ruangan tak perlu mengikuti gaya-gaya yang sudah ada. Kita punya gaya tersendiri. Bebas itu nyata *apasih*

Di perjalanan gua sudah disambut hujan. Kini kembali ke tempat dimana gua harus terlelap harus disambut dengan keluarga kutu yang sudah berkembang biak selama liburan yang gua lewati. Malam itu gua harus menahan rasa gatal di sekitar anggota badan gua. Gua harus bisa tahan dan mulai terlelap sehingga besoknya kasur ini bisa gua jemur dan terbebas dari masalah perkutuan. Namun tak seperti yang di bayangkan. Gua gak jadi ngejemur kasur karna ada kuliah pagi. Gua juga gak mungkin ninggalin kasur yang terjemur begitu saja melihat kondisi bogor yang sering turun hujan secara tak menentu. Jadi kasur ini kembali gua beri percikan api sebagai pengganti sinar matahari demi menghilangkan beberapa kutu dari kasur gua tersebut. Membersihkan sekenanya saja hingga sudah lumayan layak untuk di tempati.

Ya akhirnya gua kembali ke kehidupan asrama. Kembali menjalani perkuliahan. Kembali ke dalam ekspektasi. Ekspektasi untuk terwujudnya sebuah realitas. Semoga ekspektasi-ekspektasi besar ini bisa lebih terwujud dari ekspektasi sebelumnya.


You may also like

Powered by Blogger.

Pages