Seperti biasa, tiap akhir pekan gua pasti berkunjung ke ibu kota. Menikmati berbagai acara di ibukota. Menikmati indahnya malam ibu kot...

Minggu Malam

/
0 Comments


Seperti biasa, tiap akhir pekan gua pasti berkunjung ke ibu kota. Menikmati berbagai acara di ibukota. Menikmati indahnya malam ibu kota. Seburuk-buruknya cuma tidur doang seharian disana. Hari jum’at biasanya gua berangkat menuju ibu kota setelah praktikum kimia terselesaikan. Pulang kembali ke bogor di hari minggu.

Minggu kemarin gua kembali ke asrama dan mendapati kamar yang telah terkunci. Entah dimana kunci itu berada. Okeh tiba-tiba kenistaan menghampiri gua. Kamar ini biasanya jarang dikunci, jadi gua bisa keluar masuk sesuka hati. Karna hal ini, gua pergi ke asrama lain. Gua menuju asrama C2 kamar 121, kamar yang sering gua kunjungi belakangan ini. Penjelasan tentang kamar ini beserta isinya bakal gua tulis dilain waktu. Akhirnya gua merapat sejenak disana.

Di kamar 121 hanya ada dua orang saat itu. Gibran dan Angga, keduanya sedang maen dota. Raut wajah mereka sungguh mengerikan, sepertinya mereka udah maen dari kemaren dah itu. Gua sih wajar dengan kondisi yang seperti itu, karna kerjaan orang-orang di kamar ini ya maen dota bareng. Gua tau cara maen dota yang baik dan benar juga dari mereka. Laptop gua lagi dalam kondisi yang gak asik untuk dimainkan. Jadi gua gak ikutan maen bareng mereka. Gua jadi gak ada kerjaan. Cuma ngeliat orang maen mah lama-lama bakalan bosen. Gua mulai mencari suatu kegiatan yang berarti. Tiba-tiba gua ingat bahwa hari itu ada yang sedang berulang tahun.

Namanya Herlani, gua lupa ulang tahun yang keberapa, kalo gak salah sih yang ke sembilan belas. Nah, secara tidak sengaja terbesit untuk ngasih kejutan ke temen gua yang satu ini. Di kamar itu gua langsung menyampaikan niatan gua ini pada dua orang yang terlihat merana karna maen game terus itu. Mereka cukup mengapresiasinya. Oke itu cukup bagi gua.

Sore harinya ada  tambahan penghuni kamar 121 tiba, vanu. Dia datang dengan membawa makanan yang bejibun. Luar biasa. Dia seakan tau permasalahan anak asrama di akhir pekan dimana terkadang kantin tutup disana sini. Puas melahap semua sajian yang disuguhkan vanu ini, gua menceritakan tentang rencana kejutan di malam harinya. Vanu langsung menyetujuinya. Gua mendapat apresiasi yang bagus atas rencana ini.

Para pejuang sudah siap. Gua, Vanu, Gibran dan Angga. Kita menggunakan kaos yang sama biar kece. Make parfum yang sama biar makin kece badai. Make sendal (yang ini gak terlalu penting). Tak lupa gitar sebagai pengiring sekaligus penutup suara kami yang sumbang ini. Kita berangkat. Bagaikan sekelompok boyband jijay bergitar kita melangkah menuju asrama putri.

Dijalan kita mempersiapkan sebuah lagu yang akan dibawakan. Sebelumnya kita belum nyiapin apapun untuk kejutan ini, jadi gak ngerti mau bawain lagu apaan. Yah namanya juga kejutan, yang dikejut bukan hanya sang korban, tapi tersangka juga harus *salah gaul*. Kita terlebih dahulu menuju minimarket untuk beli lilin dan roti. Kenapa roti? Karna gua suka roti *gak penting*. Ternyata semuanya gak ada. Jadi kita kesana dengan tangan hampa dan modal nekat aja.

Kita memasuki kawasan asrama putri. Berpakaian biru muda dan bergitar. Berjalan berjajar layaknya boyband najong pinggir kota. Para mahasisiwi cukup ramai malam itu. Gua jadi ragu untuk ngasih surprise kocak dengan pasukan seadanya ini. Namun kita telah berada di medan perang, bukanlah saatnya untuk menarik mundur pasukan, kita harus maju. Oke mulai lebay.

Vanu menelpon herlina untuk menyuruhnya keluar asrama sebentar. Herlina mengiyakannya tanpa kecurigaan sedikitpun. Untungnya dia gak curiga apa yang akan terjadi selanjutnya. Kita langsung menuju ke depan asrama persinggahan lani. Para mahasiswi masih berkeliaran disekitar pintu masuk asrama itu. Gua udah gak peduli.

Lani keluar. Kita kaget. Lani kaget. Satpamnya kaget. Lho, sejak kapan satpamnya ikutan *lupakan*. Gua bingung (ini serius bingung). Kita belom ada koordinasi seblumnya mau ngapain saat korban muncul di hadapan kita. Secara spontan kita nyanyiin lagu selamat ulang tahun. Yak mungkin terlihat cukup formal atau mainstream. Tapi kenyataannya enggak. Kita nyanyiinnya cukup cacad sodara-sodara. Gua udah gak ngerti lagi. Vanu bagian teriak-teriak selamat ulang tahun. Gua bagian teriak-teriak lani. Gibran bagian ngegitar namun sangat nista. Bung Angga Cuma terdiam entah kenapa, mungkin dia gak tahan denga segala kecacadan yang ada.

Nyanyian kita usai. Senyum serta ucapan selamat ulang tahun kita sampaikan kemudian. Kedua mata lani tetiba berkilau *dahsyat*. Air mata perlahan menghiasai kedua bola mata itu. Ia menahannya agar tidak jatuh berlinang. Oke ini berganti dengan suasana yang mengharukan. Entah karena terharu dengan kejutannya atau terharu dengan nyanyiannya. Bagi gua sih dia terharu dengan kejutan seperti ini. Gua cukup bangga karna dia senang dengan kejutan yang seadanya ini.

Akward moment muncul kemudian. Kita bingung mau ngapain lagi. Mungkin ini tiba saatnya pemberian hadiah. Tapi gua kan gak bawa apa-apa. Tiba-tiba mereka ngasih sesuatu ke Lani. Waaattt!!! apa ini, kenapa mereka bisa ngasih. Ada yang ngasih coklat, ada yang ngasih gantungan kunci dan ada yang ngasih foto. Oke gua frustasi. Gua juga akhirnya ngasih foto 3x4 milik gua. Itu merupakan foto satu-satunya dimana gua cukup terlihat muda dan masih menyisakan ketampanan yang ada *busuk* *rusak*.  Gua bingung mau ngasih apaan, apa perlu gua ngasih hati gua *ehhh* *salah*. Seandainya tau bakalan ngasih hadiah begini, gua bakal buatin wpap dah biar lebih kece.

Ternyata gak sampai disitu saja. Kita merencanakan untuk memberikan sesuatu selanjutnya. Dan benar, keesokan harinya yaitu hari senin ini, kita ngasih surat ke dia. Jadi kita udah beli amplop dan di dalamnya berisi tulisan beserta tanda tangan dari kita. Tulisan yang bisa menjadi kenangan untuk melengkapi hadiah di malam yang lalu.

Gua gak pernah nyangka bakalan buat kejutan seperti itu. Malam itu sungguh malam yang aneh menurut gua. Malam yang tidak bisa ditebak. Malam yang unik. Malam kenangan. Malam lebih dari sebuah misteri. Hari minggu di kala malam.

“sederhana namun bermakna”




You may also like

No comments:

Powered by Blogger.

Pages