Obrolan Selingan
/
0 Comments
Menemukan
teman yang pas itu pastilah jarang. Apalagi dalam ruang lingkup perkuliahan
yang lebih luas dibandingkan dengan jaman sekolahan dahulu. Menemukan orang
yang sepemikiran atau satu perilaku dengan kita itu seperti nemu duit di jalan,
gak sengaja. Gak sengaja dan beruntung.
Yap, segalanya
emang terlihat tidak sengaja. Tidak sengaja kita memilih untuk duduk di
belakang. Tidak sengaja masuk dalam kelas yang sama. Tidak sengaja masuk dalam
kelompok yang sama. Atau ketidak sengajaan lainnya. Segalanya memang terlihat
tidak sengaja, namun memang begitulah kenyataannya. Kenyataan bagaimana sebuah
kelompok pertemanan dimulai. Dimulai dari ketidak sengajaan.
Masuk
perkuliahan awal itu adalah masa-masa dimana biasanya kita mencari jalinan
pertemanan yang baru. Mulai dari teman kamar, teman yang bertemu saat makan,
teman yang bertemu saat nonton pertandingan sepak bola, teman yang bertemu saat
lari pagi, dan yang bertemu secara ajaib lainnya. Gue inget dulu saat pertama
kali masuk kuliah. Dimanapun berada, di acara ospek ataupun masuk kelas awal,
pasti dimulailah masa perkenalan. Mulai dari perkenalan nama hingga
obrolan-obrolan kecil yang tidak sengaja menarik perhatian. Terkadang
perkenalan itu terlihat seperti basa-basi saja. Seperti saat berkenalan dan
kitau tau masing-masing nama, trus yaudah. Mungkin saat tidak sengaja bertemu
di jalan nantinya salah satu diantara kita ada yang lupa.
Memang ada
bagian dimana sebuah perkenalan itu hanya menjadi basa basi saja. Seakan sebuah
perkenaalan itu hanya formalitas awal saja. Namun orang yang lupa setelah
perkenalan itu tidak bisa begitu saja disalahkan. Ada kemungkinan-kemungkinan
yang membuat seseorang tidak mudah ingat. Contohnya adalah kesan perkenalan
pertama yang biasa saja, seseorang yang diajak berkenalan itu pendiam atau
jarang terlihat, nama seseorang tersebut ribet atau apalah yang mengganggu ingatan
orang itu. Akibatnya adalah terjadinya akward momen ketika sedang berpapasan
dijalan. Lu hanya bisa mikir-mikir sambil mengingat itu siapa atau lu malah
senyum-senyum gak jelas karna gak tau namanya.
Yah,
perkenalan bagi hanya awal untuk mengetahui orang tersebut. Namun untuk
mendapat teman yang pas itu adalah dengan melihat perilakunya seperti apa
setelah terjadinya perkenalan awal tersebut. Perkenalan awal kadang tidak dapat
menunjukkan gimana aslinya seseorang tersebut. Lu kayak harus sering bersama
dengan mereka. Seperti lu jalan-jalan bareng, olahraga bareng, makan bareng,
dan kegiatan-kegiatan lainnya bareng. Lu jadi tau karateristik orang tersebut. Lu
jadi bisa nilai, apakah diri kita dan mereka itu pas.
Gue sempat
menemukan mereka, kelompok-kelompok kecil gue. Kelompok kecil yang tidak
sengaja terbentuk. Kelompok kecil yang entah kapan terbentuknya. Kelompok-kelompok
kecil yang gue temukan di saat SMP, SMA maupun saat kuliah. Yang sering menjadi
pertanyaan yaitu, “sejak kapan ya kita ngumpul-ngumpul gini?”
Salah satu
pertanyaan tersebut pernah dilontarkan oleh salah satu teman gue. Saat itu gue
sedang mengunjungi rumahnya di Jakarta timur. Pertanyaan itu terlontar begitu
saja. Tak satu pun dari kita yang tau sejak kapan kita mulai kumpul seperti
ini. Yah, seperti yang gue bilang sebelumnya, tidak sengaja. Kita tidak sengaja
mengerjakan hal yang sama. Kita tidak sengaja menyukai permainan yang sama. Ketidak
sengajaan itu yang membuat kita berkumpul.
Kita berasal
dari jurusan yang berbeda-beda. Kita berada dalam asrama yang berbeda. Namun
ditempatkan di kelas yang sama. Dari mereka, gue jadi tau gimana caranya
bermain dota. Jadinya gue gak terlalu cupu saat pulang ke kampong halaman (ini
yang aneh). Dari mereka, gue jadi belajar gimana cara meningkatkan kepercayaan
diri. Dari mereka gue jadi tau macam-macam kenistaan para jomblo, haha…
Dulu kita
sering bersama karna ditempatkan di kelas yang sama selama satu tahun. Di
kampus gue ada kewajiban untuk belajar mata kuliah dasar selama setahun. Jadi
apapun jurusan yang dipilih oleh setiap mahasiswa, mereka akan mendapatkan
materi-materi dasar tersebut. Itulah mengapa walaupun kita berbeda jurusan,
namun berada di kelas yang sama. Sekarang kita sudah masuk ke jurusan
masing-masing. Terpisah dan jarang bertemu.
Hari ini gue
gak sengaja bertemu dengan salah satu dari mereka. Orang yang paling heboh
diantara yang lain. Orang nyentrik yang mempunyai jiwa kepemimpinan. Orang yang
blak-blakan kalo ngomong. Gue gak sengaja bertemu dia dalam perjalanan gue di
kampus. Dia sedang makan nasi kotak yang didapatkannya secara cuma-cuma. Gue
jadi iri (lha??). Gue seperti menemukan kucing yang lagi kelaparan sedang
menggerogoti makanan di pinggir jalan. Gue pun menegurnya.
Memang tidak
jarang kita bertemu. Kita masih sering berpapasan. Atau bertemu di media maya,
jejaring sosial. Namun ternyata ada perubahan antara gue dan dia. Kini status
dia telah berubah. Dia sudah tidak sendiri lagi. Dia sudah berpasangan. Gue
masih belum (kode keras). Gue jadi inget dahulu gimana kita membuat list
wanita-wanita kelas yang menjadi target masing-masing. Gimana kita memiliki
cara masing-masing dalam menarik perhatian sang wanita pujaan. Gimana banyak
hal absurd yang kita lakukan dalam menarik perhatian atau semacamnya. Gimana
kegagalan yang kita dapati.
Kini dia sudah
mempunyai pasangan. Obrolan pertama yang muncul adalah tentang bagaimana
dirinya yang berhasil mendapatkan sang pujaan hati. Gimana dia yang secara
tidak sengaja atau nekat memberanikan diri untuk menyatakan perasaan. Kemudian
obrolan tersebut mengalir saja hingga menuju gimana tentang gue. Tentang gue
yang masih berjalan sendiri. Tentang gimana usaha gue. Atau hal lainnya yang
pernah kita tulisakan dalam resolusi masa depan.
Obrolan
tersebut membuat gue sedikit berfikir. Gue masih menikmati masa gue yang
sekarang. Gue masih bisa ngumpul-ngumpul bareng temen. Main rame-rame. Atau
melakukan hal aneh lainnya tanpa ikatan. Rasanya masih ingin menikmati
kehidupan ini. Obrolan tersebut memang bukan berakhir membahas tentang masalah
gue. Namunn obrolan itu membuat gue sedikit berfikir. Bagaimana kalo gue
mencoba untuk menjalin hubungan yang lebih dalam.